Kekurangan gizi dalam jangka waktu yang lama, menyebabkan seseorang rentan menjadi penderita stunting. Stunting ini berbahaya dalam siklus kehidupan. Hal ini dikarenakan Kekurangan gizi yang berlangsung lama sejak anak usia dini menyebabkan organ tubuh tidak tumbuh dan berkembang secara optimal. Balita stunting berkontribusi terhadap 1,5 juta (15 persen) kematian anak balita di dunia dan menyebabkan 55 juta Disability-Adjusted Life Years (DALYs) yaitu hilangnya masa hidup sehat setiap tahun (Ricardo dalam Bhutta, 2013).
Kualitas gizi anak dipengaruhi oleh kualitas gizi ibunya. Kekurangan Energi Kronis (KEK) pada ibu hamil akan meningkatkan risiko kematian ibu, kematian bayi, dan menimbulkan masalah gizi antara generasi (transgenerational malnutrition). Anemia pada ibu hamil telah menjadi penyebab utama kematian ibu, dimana sebesar 23 persen kematian ibu disebabkan oleh anemia. Ibu yang mengalami kekurangan gizi (kurus) selain menimbulkan KEK juga dapat mengakibatkan melahirkan bayi yang pendek dan atau berat bayi lahir rendah.
Bayi yang lahir dengan berat badan rendah mempunyai risiko lebih tinggi mengalami hambatan pertumbuhan lebih lanjut, baik yang diakibatkan oleh efek sisa (retained effect) gangguan pertumbuhan di dalam kandungan maupun gangguan pertumbuhan pasca lahir. Anak tersebut selanjutnya berisiko tumbuh menjadi remaja pendek dan apabila hamil pada saat dewasa maka janinnya berisiko lebih tinggi untuk mengalami hambatan pertumbuhan. Dengan demikian, masalah gangguan pertumbuhan sudah dimulai sejak remaja.
Dengan berbagai dampak seperti ini, sudah saatnya kita bersama-sama mencegah stunting.