Apa itu malnutrisi?
Malnutrisi merupakan suatu kondisi kekurangan, kelebihan, atau ketidakseimbangan asupan energi dan atau nutrisi pada seseorang. Istilah malnutrisi mencakup pada tiga kondisi utama yaitu kekurangan gizi yang meliputi wasting/kurus, stunting/pendek dan gizi kurang; defisiensi ataupun kelebihan mikronutrien (vitamin dan mineral); dan overweight, obesitas serta penyakit tidak menular terkait diet seperti penyakit diabetes, stroke dan jantung.1
Saat ini sebanyak 86.7% negara di dunia mengalami permasalahan gizi yang serius.2 Sebanyak 1.9 miliar orang dewasa mengalami overweight, atau obesitas. Sementara 462 juta lainnya mengalami kekurangan berat badan dan 264 juta wanita usia subur mengalami anemia.2 Pada kelompok balita, terdapat 52 juta balita wasting, 155 juta stunting dan 41 juta balita overweight atau obesitas, 2 Sementara itu, prevalensi obesitas hampir sebanding dengan prevalensi kurus pada anak-anak dan remaja usia 5-19 tahun.3
Bagaimana kondisi di Indonesia?
Di Indonesia, masalah gizi masih merupakan salah satu masalah utama kesehatan masyarakat. Berdasarkan data riset kesehatan dasar tahun 2018, sebanyak 30.8% balita mengalami stunting, 10.2% mengalami wasting, 35,4% orang dewasa mengalami overweight atau obesitas dan sebanyak 48.9% ibu hamil mengalami anemia.4
Apa faktor risiko malnutrisi?
Meskipun terdapat faktor spesifik berbeda yang menyebabkan masalah kekurangan dan kelebihan gizi, kajian ilmiah menunjukkan bahwa terdapat beberapa faktor risiko yang sama (shared drivers) yang menjadi risiko dari berbagai bentuk malnutrisi yaitu faktor biologis, lingkungan dan sosioekonomi.5
Secara biologis, status gizi pada 1,000 hari pertama kehidupan merupakan faktor yang berperan penting untuk mencegah berbagai bentuk malnutrisi. Gizi remaja dan ibu yang kurang baik sebelum dan selama masa kehamilan dapat meningkatkan risiko anemia pada ibu hamil, kelahiran prematur dan berat badan lahir rendah.6 Bayi dengan berat lahir rendah selanjutnya berisiko mengalami stunting pada saat balita, dan mengalami penyakit tidak menular pada saat dewasa. Kondisi malnutrisi pada ibu hamil dapat memicu serangkaian perubahan anatomi, hormonal, fisiologis pada janin dan berdampak pada kondisi kesehatan jangka panjang.7
Faktor lingkungan mempengaruhi kemampuan seseorang untuk mengakses makanan bernutrisi, mengakses fasilitas kesehatan dan mempraktikan hidup bersih dan sehat. Sementara itu, status sosial ekonomi yang rendah, termasuk kemiskinan dan kurangnya tingkat pendidikan berkaitan dengan rendahnya pengetahuan tentang kesehatan dan ketidakmampuan untuk mengakses makanan yang bernutrisi.8
Double Duty Action for Nutrition
Sebagai salah satu komitmen dalam upaya pengentasan segala bentuk malnutrisi, Badan Kesehatan Dunia menginisiasi pendekatan double duty action for nutrition pada tahun 2017. Double duty action meliputi intervensi, program atau kebijakan yang berpotensi untuk menyelesaikan berbagai bentuk malnutrisi secara bersamaan. Hal ini mengingat bahwa semua bentuk malnutrisi memiliki beberapa faktor risiko yang sama. Double duty action tidak selalu merupakan suatu intervensi baru. Seringkali merupakan intervensi yang sudah dilaksanakan namun memerlukan penajaman untuk dapat berperan maksimal dalam upaya pengentasan semua bentuk malnurisi.5
Adapun intervensi yang berpotensi sebagai double duty action berdasarkan inisiasi Badan Kesehatan Dunia, yaitu:
- Pemberian ASI ekslusif selama 6 bulan
- Mengoptimalkan gizi balita dengan memberikan MPASI yang berkualitas
- Regulasi terkait dengan pemasaran susu formula dan makanan untuk anak
- Program untuk ibu hamil seperti pemeriksaan kehamilan, pemberian suplementasi besi dan asam folat serta konseling
- Program dan kebijakan terkat gizi di lingkungan sekolah
Diperlukan suatu kajian lebih lanjut terkait dengan intervensi atau program yang berpotensi untuk menjadi suatu double duty action di setiap wilayah. Berdasarkan analisis data Riset Kesehatan Dasar yang dilaksanakan oleh akademisi UNAIR, terdapat empat program yang berpotensi menjadi double dutry action for nutrition di Indonesia, yaitu pelayanan kesehatan dan gizi pada ibu hamil dan balita, pemantauan tumbuh kembang balita, pemberian ASI eksklusif dan program bantuan sosial.9
Referensi
- (2020). Malnutrition. Available from: https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/malnutrition
- Development Initiatives. (2017). Global Nutrition Report 2017: Nourishing the SDGs. Bristol, UK: Development initiatives. Available at http://globalnutritionreport.or/he-report/
- CD Risk Factor Collaboration. (2017). Worldwide trends in body-mass index, underweight, overweight, and obesity from 1975 to 2016: a pooled analysis of 2416 population-based measurement studies in 128·9 million children, adolescents, and adults. Lancet390, 2627–
- Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2018). Riset Kesehatan Dasar 2018. Jakarta: Kementerian Kesehatan.
- WHO. (2017). The Double Burden of Malnutrition. Policy brief. Geneva: World Health Organization.
- Godfrey KM, Reynolds RM, Prescott SL, Nyirenda M, Jaddoe VW, Eriksson JG et al. (2017). Influence of maternal obesity on the long-term health of the child. Lancet Diabetes Endocrinol. 5(1):53–64.
- Bruce KD, Hanson MA. (2010) The developmental origins, mechanisms, and implications of metabolic syndrome. J Nutr. 140(3):648–52.
- (2013). Global nutrition policy review: what does it take to scale up nutrition action? Geneva: World Health Organization.
- Diana, R & Tanziha, I. (2020). Double-Duty Actions to Reduce the Double Burden of Malnutrition in Indonesia. Amerta Nutr. 326-334.
Penulis: Novi Anggraeni (Data Analyst, Sekretariat Percepatan Penurunan Stunting Kementerian PPN/Bappenas)
Editor: Tim Knowledge Platform SUN Indonesia, Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Kementerian PPN/ Bappenas