Oleh: Gabungan Pengusaha Makanan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI)
Indonesia telah berhasil menurunkan prevalensi stunting dari 37,2% pada tahun 2013 menjadi 27,7% pada tahun 2019. Namun, persentase ini masih tergolong tinggi. Presiden Joko Widodo telah menetapkan target yang ambisius untuk menurunkan angka tersebut menjadi 14% pada tahun 2024.
Sebanyak 59% anak di bawah usia 5 tahun tidak tumbuh pada tingkat yang semestinya karena stunting, kurus (wasting), maupun kelebihan berat badan. Selain itu, hanya 56% anak berusia 6-23 bulan yang mengonsumsi jumlah minimum keanekaragaman makanan. UNICEF juga mengindikasikan bahwa stunting dipengaruhi oleh ketersediaan dan pola konsumsi rumah tangga, pola pengasuhan anak, sanitasi lingkungan serta pemanfaatan pelayanan kesehatan.
Lalu, bagaimana dampak pandemi COVID-19 pada status gizi masyarakat, khususnya anak-anak? The Lancet menggarisbawahi krisis sosial dan ekonomi global yang diakibatkan oleh pandemi berdampak besar terhadap status gizi dan kelangsungan hidup anak di negara berpenghasilan rendah dan menengah1. UNICEF juga mengingatkan bahwa pandemi COVID-19 dapat mengakibatkan jumlah anak di bawah 5 tahun yang kekurangan gizi meningkat sebesar 15% di tingkat global. Keluarga dan anak-anak yang jatuh miskin dalam waktu singkat akan mengalami dampak yang cukup parah dalam hal ketahanan pangan rumah tangga dan terbatasnya akses, ketersediaan, dan keterjangkauan pangan sehat.
Gabungan Pengusaha Makanan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI) merupakan asosiasi industri di bidang makanan dan minuman yang bertindak sebagai suara industri untuk memastikan regulasi yang ada dapat mendukung pertumbuhan produk makanan minuman yang aman, bernutrisi serta inovatif sehingga diharapkan dapat menjawab tantangan permasalahan gizi di Indonesia.
Dengan kekuatan 475 anggota yang terdiri dari pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) hingga pelaku industri besar nasional maupun multinasional, GAPMMI mendukung Pemerintah Indonesia untuk meningkatkan ekosistem yang dapat mendukung perbaikan gizi masyarakat. Terdapat tiga area sinergi dan intervensi dimana GAPMMI dapat menjalankan inisiatif yang relevan secara efektif, yaitu:
- Memberikan saran kebijakan, dukungan advokasi teknis dan asistensi kepada pemerintah. GAPMMI turut mendukung Scaling Up Nutrition Business Network (SBN) dalam upaya peningkatan gizi masyarakat. GAPMMI juga berperan sebagai katalisator perubahan dan jembatan sinergi antara pemerintah, akademisi, praktisi nutrisi serta industri swasta. GAPMMI aktif ikut serta dalam mendukung kampanye Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS), Hari Pangan Sedunia, dan Pekan Sarapan Nasional.
- Menyerukan kepada anggota GAPMMI untuk menyelenggarakan program-program keberlanjutan terkait upaya percepatan perbaikan gizi. Program ini dapat berupa edukasi maupun intervensi secara langsung terhadap kelompok masyarakat rentan malnutrisi seperti anak dan perempuan. Beberapa program yang dilakukan oleh anggota GAPMMI antara lain:
- Berkolaborasi dengan stakeholders dalam menyelenggarakan program yang menitikberatkan aspek gizi dan sanitasi serta menyasar perubahan perilaku masyarakat, dimulai dari anak usia Sekolah Dasar hingga ibu-ibu dan kader kesehatan/ PKK.
- Menggerakkan keluarga petani untuk meningkatkan kecukupan gizi melalui program kebun sayur keluarga dan program healthy kids yang bekerjasama dengan pemerintah daerah.
- Memberikan rangkaian kegiatan edukasi mengenai permasalahan gizi di Indonesia serta pentingnya gizi seimbang sesuai prinsip Isi Piringku yang dianjurkan pemerintah. Program ini menyasar keluarga, kelompok remaja, dan pesantren.
- Membantu menghasilkan bukti praktik baik dalam bidang nutrisi agar menginspirasi dan memotivasi pelaku industri lainnya untuk ikut andil dalam sinergi perbaikan gizi masyarakat.
Semoga keterlibatan GAPMMI dalam tiga area tersebut dapat mendukung Pemerintah Indonesia dalam melakukan upaya percepatan perbaikan gizi.
Referensi:
- Fore, Henrietta H et al. 2020. Child Malnutrition and COVID-19: The Time to Act is Now. The Lancet, Vol.396, pp.517–518.