Cegah Stunting

Tantangan Gizi Remaja dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

Pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dan berdaya saing tidak hanya difokuskan pada perbaikan gizi di periode 1000 HPK, namun juga pada usia remaja. Remaja adalah SDM yang potensial dalam pembangunan negara apalagi beberapa tahun mendatang Indonesia semakin mendekati komposisi penduduk dengan bonus demografi. Program perbaikan gizi remaja diarahkan untuk mengatasi tiga beban masalah gizi (triple burden) di Indonesia yaitu gizi kurang (contohnya stunting dan wasting), gizi lebih (obesitas) serta kekurangan zat gizi mikro (contohnya anemia).1

Permasalahan kesehatan dan gizi remaja akan memengaruhi kualitas hidupnya pada usia produktif dan usia selanjutnya. Masalah gizi (baik gizi kurang maupun gizi lebih) dapat meningkatkan kerentanan terhadap penyakit, khususnya risiko terjadinya penyakit tidak menular. Berdasarkan data Riskesdas 2018, 25,7% remaja usia 13-15 tahun dan 26,9% remaja usia 16-18 tahun dengan status gizi pendek dan sangat pendek. Kemudian data menunjukkan bahwa 8,7% remaja usia 13-15 tahun dan 8,1% remaja usia 16-18 tahun memiliki kondisi kurus dan sangat kurus. Sedangkan prevalensi obesitas sebesar 16,0% pada remaja usia 13-15 tahun dan 13,5% pada remaja usia 16-18 tahun.2 Bila masalah ini berlanjut hingga dewasa, akan timbul masalah kesehatan pada janin yang dikandungnya sehingga rantai intergenerasi masalah gizi tidak akan terhenti.

Pandemi Covid-19 memberikan dampak yang signifikan pada kehidupan sebagian besar keluarga di Indonesia. Sekitar 3 juta orang kehilangan pekerjaan mereka, sebagian keluarga kesusahan untuk membeli makanan sehari-hari, dan anak-anak sekolah tidak dapat mengakses program pemberian makanan bergizi. Pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) juga mengakibatkan perubahan pola konsumsi masyarakat dimana keberagaman konsumsi pangan berkurang, terjadi peningkatan konsumsi makanan siap saji, dan pengurangan konsumsi makanan bergizi, termasuk buah dan sayuran segar. Padahal, pemenuhan gizi seimbang dan aman menjadi hal penting dalam meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan mengurangi risiko penyakit kronis atau penyakit infeksi.3

Gizi seimbang artinya makanan sehari-hari yang mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh dengan memerhatikan prinsip keanekaragaman pangan, aktivitas fisik, kebersihan, dan berat badan (BB) ideal. Konsumsi sayur dan buah sangat disarankan untuk menjaga daya tahan tubuh. Kandungan antioksidan dari sayur dan buah dapat membantu melawan radikal bebas, kandungan vitamin dapat menjaga fungsi tubuh, dan kandungan mineral dapat menjaga kinerja tubuh dan organ.4

Selain itu, masalah gizi yang cukup tinggi di Indonesia adalah anemia. Anemia yang menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia adalah Anemia Gizi Besi (AGB). AGB akibat kekurangan mikronutrien zat besi (Fe) dan kurangnya asupan protein. Berdasarkan Riskesdas tahun 2018, sebanyak 32% atau 3 – 4 dari 10 remaja di Indonesia mengalami anemia.2 Anemia dapat mengakibatkan rasa letih, sesak napas, kesulitan berkonsentrasi, dan penurunan kinerja kognitif. Remaja putri lebih rentan terhadap anemia karena mengalami menstruasi tiap bulannya. Jika dibiarkan berkelanjutan hingga dewasa, mereka lebih berisiko mengalami komplikasi kehamilan dan persalinan, seperti perdarahan pasca-persalinan, melahirkan bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), bayi lahir prematur, atau kelahiran mati. Selain itu, anak-anak yang dilahirkan dari ibu yang anemia berisiko lebih tinggi untuk mengalami stunting.5

Pencegahan anemia dapat dilakukan dengan suplementasi Tablet Tambah Darah (TTD) pada remaja putri. Karena besarnya masalah anemia, maka penanggulangan anemia pada remaja putri menggunakan pendekatan blanket approach, artinya semua remaja putri sejak usia mendapatkan haid pertama disarankan untuk mengonsumsi 1 butir TTD per minggu, tanpa melihat status anemianya. Pencegahan anemia juga tidak cukup hanya dengan suplementasi Fe dan folat, tetapi harus diiringi dengan konsumsi protein yang cukup sehingga pola makan juga perlu diperbaiki. Sejak tahun 2016, pemerintah Indonesia melakukan program pemberian TTD berbasis sekolah. Dengan kebijakan belajar di rumah selama pandemi Covid-19, pemberian TTD dimodifikasi sesuai kebijakan masing-masing daerah.3 Beberapa daerah mengaplikasikan kebijakan pemberian TTD melalui Peer Group, masing-masing Ketua Peer Group dapat mengambil TTD secara langsung ke Puskesmas atau melalui Guru UKS. Hal ini dilakukan sebagai bentuk investasi pemerintah untuk mempersiapkan calon Ibu yang sehat agar dapat melahirkan generasi penerus bangsa yang berkualitas.

Menurut survei daring yang dilakukan UNICEF terhadap lebih dari 6.000 remaja Indonesia menunjukkan bahwa hampir 90% remaja putri berhenti mengonsumsi TTD selama pandemi.3 Hal ini menunjukkan bahwa perlu adanya kesadaran akan pentingnya  mengonsumsi TTD bagi remaja putri. Khususnya di era pandemi, peran keluarga terutama orang tua menjadi faktor terpenting dalam memastikan dan memotivasi anak perempuannya untuk rutin mengonsumsi TTD sebanyak 1 kali dalam seminggu.

Remaja di Indonesia perlu dipersiapkan sebagai investasi terciptanya generasi penerus bangsa yang unggul. Indonesia membutuhkan remaja yang sehat, terbebas dari tiga beban masalah gizi, produktif, kreatif, serta kritis demi Indonesia yang lebih kuat. Remaja akan menjadi SDM yang berkualitas jika terpenuhi kebutuhan gizinya. Oleh karena itu, dibutuhkan kolaborasi dari berbagai pihak untuk memastikan perbaikan status gizi remaja Indonesia, terutama di masa pandemi Covid-19.

 

Referensi:

  1. 2020. Gizi saat Remaja Tentukan Kualitas Keturunan. Terdapat pada: https://www.kemkes.go.id/article/view/20012600004/gizi-saat-remaja-tentukan-kualitas-keturunan.html
  2. Kemenkes 2018. Hasil Utama Riskesdas 2018. Terdapat pada: https://kesmas.kemkes.go.id/assets/upload/dir_519d41d8cd98f00/files/Hasil-riskesdas-2018_1274.pdf
  3. United Nations Indonesia. 2020. Pernyatan Bersama tentang Ketahanan Pangan dan Gizi dalam Konteks Pandemi COVID-19 di Indonesia. Terdapat pada: https://www.unicef.org/indonesia/media/4901/file/Pernyataan%20Bersama%20tentang%20Ketahanan%20Pangan%20dan%20Gizi.pdf
  4. 2020. Panduan Gizi Seimbang pada Masa Pandemi Covid-19. Terdapat pada: https://covid19.go.id/storage/app/media/Materi%20Edukasi/2020/Mei/final-panduan-gizi-seimbang-pada-masa-covid-19-1.pdf
  5. 2020. Upaya Remaja Mencegah Anemia. Terdapat pada: https://www.unicef.org/indonesia/id/coronavirus/cerita/upaya-remaja-mencegah-anemia#_ftn1

 

Penulis: Naura Delfi Meisara (Sekretariat Percepatan Perbaikan Gizi Kementerian PPN/ Bappenas)

Editor: Tim Knowledge Platform SUN Indonesia, Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Kementerian PPN/ Bappenas

Exit mobile version